Oleh Adi Sanjaya
Jenis-jenis dari achievement test secara umum dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu jenis Tes dan Non Tes.
a. Alat ukur Tes
Gronlund menyatakan bahwa tes adalah suatu prosedur sistematis untuk mengukur sampel yang representatif tentang tugas-tugas peserta didik (Gronlund, 1993: 1). Pendapat yang lebih spesifik dikemukakan oleh Salvia dan Ysseldyke yang menyatakan bahwa tes adalah seperangkat pernyataan atau tugas-tugas untuk menentukan bentuk respon yang berkenaan dengan perilaku peserta didik (Salvia dan Ysseldyke, 1995:32). Jenis-jenis tes inipun dapat dibedakan menjadi dua bagian besar, yaitu tes tertulis dan tes lisan.
i. Tes tertulis
Secara umum, tes tertulis terdiri dari beberapa jenis, antara lain :
a) Tes Subjektif, yang pada umumnya berbbentuk esai (uraian). Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uaraian kata-kata. Kebaikan tes seperti ini adalah : mudah disiapkan, tidak memberikan banyak spekulasi atau untung-untungan, mendorong siswa mengemukakan pendapat, dan dapat diketahui sejauh mana siswa memahami suatu masalah. Namun di samping itu pula tes esai ini memiliki kelemahan antara lain : kadar validitas dan realibilitasnya rendah, kurang representatif dalam mewakili seluruh scope bahan pelajaran, cara pemeriksaan yang cenderung subjektif dan agak susah untuk dilakukan, serta dibutuhkan waktu yang lama dalam mengoreksinya.
b) Tes Objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan soal-soal berbentuk esai. Macam-macam tes objektif antara lain sebagai berikut.
- Tes benar-salah (true-false) : soal-soalnya berupa pernyataan-pernyataan (statement). Statement tersebut ada yang benar dan ada yang salah. Orang yang ditanya bertugas untuk menandai masing-masing pernyataan itu dengan melingkari huruf B jika pernyataan itu betul, dan melingkari huruf S jika pernyataannya salah. Kebaikan tes seperti ini adalah : dapat mencakup bahan yang luas, mudah penyusunannya, dapat digunakan berkali-kali, cepat dan objektif, serta cara pengerjaannya mudah dimengerti. Sedangkan kelemahan tes model ini adalah : sering membingungkan, mudah ditebak/diduga, banyak masalah yang hanya dinyatakan hanya dengan dua kemungkinan benar salah, dan hanya mengungkapkan daya ingat atau pengenalan kembali
- Tes pilihan ganda (multiple choice test), terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap, dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Dapat dikatakan pula muliple choice test terdiri atas bagian keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban (option) terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh (distractor). Bentuk-bentuk variasi soal pilihan gnda (muliple choice test) seperti : pilihan ganda biasa, hubungan antarhal (pernyataan-SEBAB-pernyataan), kasus (dapat muncul dalam berbagai bentuk), diagram, gambar, tabel dan sebagainya, serta bentuk asosiasi.
- Monjodohkan (matching test) dapat digantikan istilahnya dengan mempertandingkan, mencocokkan, memasangkan, atau menjodohkan. Matcing test terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai jawaban yang tercantum dalam seri jawaban. Tugas murid ialah : mencari dan menempatkan jawaban-jawaban, sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyaannya.
- Tes isian (completion test) biasa kita sebut tes menyempurnakan atau tes melengkapi. Completion test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian yang dihilangkan atau yang harus diisi oleh murid ini adalah merupakan pengertian yang kita minta dari murid.
ii. Tes Lisan
Merupakan tes yang diberikan oleh guru kepada peserta didik untuk mengukur kemampuan siswa dengan metode-metode yang disampaikan secara lisan atau tanya jawab. Tes lisan ini memberikan indikasi kepada guru dalam menilai siswanya karena melalui tes seperti ini guru akan lebih mudah mengetahui kemampuan siswa-siswanya melalui kemampuan berbicara dan mengemukakan kerangka berpikirnya.
b. Alat Ukur Non Tes (Typical Performance Test)
Alat ukur non tes atau typical performance test ini terdir dari beberapa jenis, antara lain sebagai berikut.
i. Skala atau alat ukur kiraan (Rating)
Skala adalah seperangkat lambang atau angka yang dibuat sehingga melalui aturan, lambang atau angka itu dapat ditempatkan pada individu yang menjadi sasaran penggunaan skala itu. Urutan level skala dari tinggi ke rendah adalah : level rasio, level internal, level ordinal, level nominal. Pada alat ukur kiraan (rating), memberi kesempatan kepada responden untuk : 1) memilih satu letak pada satu bentang jawaban, 2) memilih butir yang cocok dengan kiraan responden, 3) memberi peringkat kepada beberapa hal sesuai dengan kiraan responden. Ada beberapa jenis alat ukur skala ini, seperti :
- Alat ukur kiraan Skala Likert : setiap butir terdiri atas suatu pernyataan; dan untuk pernyataan itu, responden dapat memilih satu di antara lima tawaran (SS=sangat setuju, S=setuju,R=ragu, TS=tidak setuju, STS=sangat tidak setuju).
- Alat ukur dengan Skala Frekuensi Verbal: skala untuk dipilih; 1 = selalu; 2 = sering; 3 = ada kalanya; 4 = jarang; 5 = tidak pernah.
- Alat ukur Skala Ordinal, biasanya skala jenis ini memberikan suatu pernyataan yang harus dijawab dengan beberapa skala pilihan sesuai dengan keadaan.
- Alat ukur dengan Skala Komparatif
- Alat Ukur dengan Skala Numerik
- Alat Ukur dengan Pilihan Kata Sifat
- Alat Ukur dengan Skala Stapel
- Alat Ukur dengan Skala Peringkat
- Alat Ukur dengan Skala Diferential Semantik dari OSGOOD
- Alat Ukur kiraan Skala Thurstone, terdiri atas sejumlah butir, setiap butir mempunyai nilai yang terletak di antara 1 sampai 11 adalah sama atau kira-kira sama.
ii. Alat ukur observasi
Observasi atau pengamatan digunakan untuk mengukur perilaku peserta didik atau kegiatan proses pembelajaran, dan harus dilakukan pada saat proses kegatan berlangsung. Paling sdikit ada tiga jenis observasi, yaitu : 1) observasi langsung, yakni pengamatan yang dilakukan terhadap suatu proses atau situasi yang sebenarnya dan langsung diobservasi oleh pengamat; 2) observasi tidak langsung, yakni pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan alat bantu, misalnya mikroskop; 3) observasi partisipasi, yakni observasi yang dilakukan dengan melibatkan diri pengamat pada kegiatan yang diamati, sehingga pengamat dapat menghayati, merasakan dan mengalami sendiri.
iii. Wawancara atau interview dapat digunakan untuk menilai hasil dan proses belajar. Wawancara bisa direkam sehingga jawaban responden bisa dicatat secara lengkap. Ada dua jenis wawancara, yakni 1) wawancara berstruktur (wawancara yang jawabannya telah disiapkan sehingga pewawancara tinggal mengkategorikannya pada alternatif jawaban yang telah dibuat) dan wawancara bebas (wawancara yang tidak menyiapkan alternatif jawaban, tetapi responden bisa secara bebas mengemukakan pendapatnya ).
iv. Kuesioner (questionnaire) juga sering dikenal sebagai angket (daftar pertanyaan). Pada dasarnya kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden (objek ukur).
v. Studi kasus pada dasarnya bertujuan untuk mempelajari secara mendalam seorang individu yang dipandang mengalami suatu kasus tertentu.
vi. Daftar cocok (Check list) adalah sejumlah pernyataan (biasanya singkat), dimana responden yang dinilai hanya membubuhkan tanda cocok (v) pada tempat yang telah disediakan.
vii. Riwayat Hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa hidupnya. Dengan mempelajri daftar riwayat hidup, penilai akan dapat menarik kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan, dan sikap dari orang yang dinilai.
viii. Sosiometri adalah suatu teknik untuk mempelajari atau mengetahui hubungan sosial peserta didik atau subjek didik yang dinilai. Dengan teknik sosiometri dapat diketahui posisi seseorang peserta didik dalam hubungan sosialnya dengan teman-temannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar