Label

Adi Sanjaya

Adi Sanjaya

Kamis, 10 Maret 2011

GERAK KEBUDAYAAN

(Artikel dikutip dari: Soerjono Soekanto, 1982, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Pers)

Seorang sosiolog dalam mempelajari kebudayaan sebagai hasil karya masyarakat, tidak akan membatasi diri pada struktur kebudayaan tersebut yaitu unsur-unsurnya yang statis, tetapi perhatiannya juga dicurahkan pada gerak kebudayaan tersebut. Dalam beberapa uraian terkait, diterangkan bahwa tak ada kebudayaan yang statis. Semua kebudayaan mempunyai dinamika atau gerak. Gerak kebudayaan sebenarnya adalah gerak manusia yang hidup di dalam masyarakat yang menjadi wadah dari kebudayaan tadi. Gerak manusia terjadisebab dia mengadakan hubungan-hubungan dengan manusia lainnya. Artinya, karena terjadi hubungan antarkelompok manusia di dalam masyarakat.
Akulturasi terjadi bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan yang tertentu dihadapkan pada unsur-unsur suatu kebudayaan asing yang berbeda sedemikian rupa sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu dengan lambat-laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri1. Proses akulturasi di dalam sejarah kebudayaan manusia telah terjadi dalam masa-masa silam. Biasanya suatu masyarakat hidup bertetangga dengan masyarakat-masyarakat lainnya dan antara mereka terjadi hubungan-hubungan, mungkin, dalam lapangan perdagangan, pemerintahan, dan sebagainya. Pada saat itulah unsur masing-masing kebudayaan saling menyusup. Proses migrasi besar-besaran, dahulu kala, mempermudah berlangsungnya proses akulturasi tersebut.
Beberapa masalah yang menyangkut proses akulturasi adalah:
a.Unsur-unsur kebudayaan asing manakah yang mudah diterima;
b.Unsur-unsur kebudayaan asing manakah yang sulit diterima;
c.Individu-indivisu manakan yang cepat menerima unsur-unsur yang baru;
d.Ketegangan-ketegangan apakah yang timbul sebagai akibat akulturasi tersebut.

1)Pada umumnya unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah diterima adalah:
a.Unsur kebudayaan kebendaan seperti alat-peralatan yang terutama sangat mudah dipakai dan dirasakan sangat bermanfaat bagi masyarakat yang menerimanya, contohnya adalah alat tulis-menulis yang banyak dipergunakan orang Indonesia yang diambil dari unsuriunsur kebudayaan Barat;
b.Unsur-unsur yang terbukti membawamanfaat besar misalnya radio transistor yang banyak membawa kegunaan terutama sebagai alat mass-media;
c.Unsur-unsur yang dengan mudah disesuaikan dengan keadaan masyarakat yang menerima unsur-unsur tersebut, seperti mesin penggiling padi yang dengan biaya murah serta pengetahuan teknis yang sederhana, dapat digunakan untuk melengkapi pabrik-pabrik penggilingan.
2)Unsur-unsur kebudayaan asing yang sulit diterima oleh suatu masyarakat misalnya:
a.Unsur yang menyangkut sistem kepercayaan seperti ideologi, falsafah hidup, dan lain-lain;
b.Unsur-unsur yang dipelajari pada taraf pertama proses sosialisasi. Contoh yang paling mudah adalah soal makanan pokok suatu masyarakat. Nasi sebagai makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia sukar sekali diubah dengan makanan pokok lainnya.
3)Pada umumnya generasi muda dianggap sebagai individu- individu yang cepat menerima unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk melalui proses akulturasi. Sebaliknya generasi tua dianggap sebagai orang-orang kolot yang sukar menerima unsur-unsur baru. Hal ini disebabkan karena norma-norma yang tradisional sudah mendarah daging dan menjiwai (sudah internalized) sehingga sukar sekali untuk mengubar norma-norma yang sudah demikian meresapnya dalam jiwa generasi tua tersebut. Sebaliknya belum menetapnya unsur-unsur ataunorma-norma tradisional dalam jiwa generasi muda menyebabkan bahwa mereka lebih menerima unsur-unsur baru yang kemungkinan besar dapat mengubah kehidupan mereka.
4)Suatu masyarakat yang terkena proses akulturasi selalu ada kelompok individu- individu yang sukar sekali atau bahkan tak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Perubahan-perubahan dalam masyarakat dianggap oleh golongan tersebut sebagai keadaan krisis yang membahayakan keutuhan masyarakat. Apabila mereka merupakan golongan yang kuat, maka mungkin proses perubahan dapat ditahannya. Sebaliknya bila mereka berada di pihak yang lemah, mereka hanya akan dapat menunjukkan sikap yang tidak puas.

Proses akulturasi yang berjalan dengan baik dapat menghasilkan integrasi antara unsur-unsur kebudayaan asing dengan unsur-unsur kebudayaan sendiri. Dengan demikian, unsur-unsur kebudayaan asing tidak lagi dirasakan sebagai hal yang berasal dari luar, tetapi dianggap sebagai unsur-unsur kebudayaan sendiri. Unsur-unsur asing yang diterima tentunya terlebih dahulu mengalami proses pengolahan sehingga bentuknya tidaklah asli lagi seperti semula. Misalnya sistem pendidikan di Indonesia, untuk sebagian besar diambil dariunsur-unsur kebudayaan Barat. Akan tetapi, sudah disesuaikan serta diolah sedemikian rupa sehingga merupakan unsur-unsur kebudayaan sendiri. Namun, tidak mustahil timbul kegoncangan kebudayaan (cultural shock), sebagai akibat masalah-masalah yang muncul dapalam proses akulturasi. Kegoncangan kebudayaan terjadi apabila warga masyarakat mengalami disorientasi dan fustasi , dimana muncul perbedaan yang tajam antara cita-cita dengan kenyataan yang disertai dengan terjadinya perpecahan-perpecahan di dalam masyarakat tersebut.

Tidak ada komentar: