a. Makna belajar mengajar menurut Teori Gestalt/Humanistik dan Piaget :
- Teori Gestalt sering juga disebut psikologi organisme atau field theory. Menurut aliran ini, jiwa manusia adalah suatu keseluruhan yang berstruktur. Suatu keseluruhan bukan terdiri dari bagian-bagian atau unsur-unsur. Unsur-unsur itu berada dalam keseluruhan menurut struktur yang telah tertentu dan saling berinterelasi satu sama lain (Hamalik, 2001: 40-41). Menurut teori Gestalt, tingkah laku terjadi berkat adanya interaksi antara individu dan lingkungannya, faktor herediter (natural endowment) lebih berpengaruh. Menurut teori ini pula bahwa individu berada dalam kondisi keseimbangan yang dinamis, adanya gangguan terhadap keseimbangan itu akan mendorong terjadinya tingkah laku. Belajar menurut teori Gestalt sangat mengutamakan aspek pemahaman (insight) terhadap situasi problematik karena belajar menurut teori ini adalah suatu proses pengembangan insight, yang merupakan pemahaman terhadap hubungan antar bagian di dalam suatu situasi permasalahan. Belajar menitikberatkan pada situasi sekarang, dan dalam situasi tersebut menemukan dirinya. Belajar juga dimulai dari keseluruhan dan bagian-bagian hanya bermakna dalam keseluruhan itu.
Makna belajar menurut teori Humanistik adalah suatu proses yang melibatkan pengalaman langsung siswa secara keseluruhan untuk berpikir dan merasakan atas kehendaknya sendiri untuk memenuhi kebutuhan nyata siswa atau relevan dengan kebutuhan siswa (Suyasa, 2005: 10). Sedangkan makna mengajar menurut teori ini merupakan suatu proses dimana pengajar (guru) berperan sebagai motivator, sehingga siswa terpancing untuk terlibat dalam proses belajar mengajar. Selain itu, guru juga mampu sebagai fasilitator dari pada sebagai subyek matter, yaitu membantu menciptakan iklim belajar yang sosioemosional, membantu mengklasifikasikan tujuan belajar, membantu siswa mengembangkan dorongan-dorongan dan tujuan sebagai kekuatan untuk belajar, dan menyediakan sumber-sumber belajar termasuk menjadikan dirinya sebagai sumber belajar dan menunjukkan sumber-sumber belajar lainnya. Contoh : dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, guru hendaknya bisa menjadi fasilitator bagi siswanya, guru menjadi pembimbing dan pengarah kegiatan di dalam kelas sehingga tujuan belajar bisa tercapai. Sebagai contoh nyata, guru bisa memberikan topik untuk dibahas dalam diskusi kelas oleh siswa. Dari kegiatan tersebut siswa akan termotivasi untuk memecahkan masalah yang dilontarkan oleh guru. Guru juga bisa memberikan motivasi sehingga siswa terpancing untuk terlibat dalam kegiatan belajar mengajar.
- Menurut teori Piaget, bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu, sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungan. Karena lingkungan mengalami perubahan, maka akibat adanya interaksi dengan lingkungannya, maka fungsi intelek semakin berkembang. Manurut teori Piaget, belajar pengetahuan meliputi tiga fase, antara lain fase eksplorasi, dimana siswa mempelajari gejala dengan bimbingan, fase pengenalan konsep dimana siswa mengenal konsep yang ada hubungannya dengan gejala, dan fase aplikasi konsep dimana siswa menggunakan konsep untuk meneliti gejala lain lebih lanjut. Menurut Piaget, belajar mengajar terdiri dari empat langkah, antara lain: menentukan topik yang dapat dipelajari oleh anak sendiri yang dibimbing dengan beberapa pertanyaan; memilih atau mengembangkan aktivitas kelas dengan topik tersebut; mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk mengemukakan pertanyaan yang menunjang proses pemecahan masalah; dan menilai pelaksanaan tiap kegiatan, memperhatikan keberhasilan serta melakukan revisi. Secara singkat, Piaget menyarankan agar dalam pembelajaran guru memilih masalah yang berciri kegiatan prediksi, ekperimentasi, dan eksplanasi (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 13-16). Sebagai contoh nyata, guru dapat memberikan siswa tugas untuk melakukan penelitian kecil, baik tentang penelitian fisik, logika-matematis ataupun tentang penelitian sosial. Hal ini dimaksudkan untuk membangun sendiri pengetahuan dalam berpikir siswa dan dalam tahap dewasa anak didik akan mampu untuk berpikir secara abstrak.
b. Makna belajar menurut pandangan Behavioristik :
Menurut teori Behaviorostik, manusia adalah sepenuhnya makhluk yang reaktif. Tingkah lakunya dapat dimanipulasi dengan mengontrol lingkungannya, karena lingkungannya merupakan satu-satunya pembentuk kepribadian siswa melalui pembiasaan dan peniruan. Menurut teori Behavioristik, bahwa belajar adalah perilaku yang dapat diamati dan diukur, karena belajar menurut teori ini adalah suatu sifat atau tingkah laku yang bersifat mekanistis. Implikasinya menekankan pentingnya pembentukan keterampilan dan pengetahuan akademik maupun perilaku sosial sebagai hasil belajar. Selain itu juga, perilaku dan belajar siswa dapat dimodifikasi oleh lingkungan. Dalam belajar terdapat tiga komponen yang menentukan hasil belajar itu:
- Stimulus (rangsangan) yang datang dari lingkungan.
- Respon : reaksi yang timbul sebagai akibat adanya stimulus tersebut.
- Akibat dan tujuannya untuk memperkuat dan memperlemah koneksi (hubungan) atau respon.
Dede Rosyada (2004:92) mengemukakan tentang pandangan aliran Behavioristik ini memandang belajar sebagai perubahan perilaku siswa dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan tugas guru adalah mengontrol stimulus dan lingkungan belajar agar perubahan mendekati tujuan yang diinginkan, dan guru memberikan reward kepada siswa, hukuman bagi yang salah dan pujian atau hadiah kepada yang memperlihatkan perubahan tingkah laku ke arah kemajuan. Oleh sebab itu, aliran Behaviorisme meletakkan proses reinforcement dalam posisi amat penting bagi siswa untuk mencapai perubahan yang diinginkan. Contoh: guru bisa menerapkan sistem drill, latihan atau reward (hukuman atau pujian) untuk siswa, memberikan ganjaran atau hukuman bagi yang tidak berkembang dan memberikan pujian bagi yang berkembang sesuai dengan tujuan.
c. Makna Pembelajaran
Konsep Pembelajaran merupakan pergeseran paradigma dari konsep mengajar. Pembelajaran dalam hal ini dapat diartikan sebagai suatu proses pengaturan lingkungan yang diarahkan untuk mengubah perilaku siswa ke arah yang positif dan lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa (Sanjaya, 2006). Pembelajaran ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi, sehingga semua itu mendorong terjadinya perubahan peranan guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar. Pengertian ini juga senada dengan definisi yang dipaparkan oleh Dimyati dan Mudjiono (2002 : 297) bahwa Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Perbedaan antara konsep Pembelajaran dengan konsep Belajar Mengajar dapat dilihat dari :
- Peran guru; dalam konsep belajar mengajar guru berperan sebagai sumber belajar, sedangkan dalam pembelajaran guru berperan sebagai fasilitator dan pengarah sumber belajar.
- Peran siswa; dimana dalam belajar mengajar siswa dipandang sebagai subyek yang pasif, yang hanya berperan menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Sedangkan dalam konsep pembelajaran siwa dipandang atau diposisikan sebagai subyek belajar yang aktif dan memegang peranan utama, sehingga dalam setting proses belajar mengajar siswa dituntut beraktivitas secara penuh, bahkan secara individual mempelajari materi pelajaran.
- Proses penyampaian materi; dalam belajar mengajar guru hanya sebatas melakukan penyampaian materi pelajaran saja kepada siswa, sedangkan dalam pembelajaran guru dituntut untuk merancang atau mengaransemen berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu.
d. Perbedaan Strategi Belajar-Mengajar dan Strategi Pembelajaran
Dalam dunia pendidikan, strategi dapat diartikan sebagai “suatu perencanaan, metoda atau rangkaian dari aktivitas yang dirancang untuk mencapai tujuan dalam bidang pendidikan tertentu” (J.R. David, 1976 dalam Sanjaya, 2006). Sedangkan menurut Djamarah dan Zain (1996:5), strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Sedangkan kalau dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru-anak didik dalam mencapai tujuan yang telah digariskan. Dalam strategi belajar mengajar, ada empat strategi dasar yang perlu diketahui, meliputi :
- Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
- Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.
- Memilih dan menetapkan prosedur, metoda dan tekhnik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan belajarnya.
- Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem konstruksional yang bersangkutan secara keseluruhan (Sanjaya, 2006).
Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metoda dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Strategi disusun untuk mencapai tujuan di bidang pendidikan. Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan oleh guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan pendapat itu, Dick dan Carey (1985) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. Untuk menimbulkan hasil belajar ini hendaknya guru mampu membuat suatu strategi melalui sebuah perencanaan dengan cara mengatur lingkungan baik fisik maupun sosial siswa agar siswa terpancing untuk mengikuti pembelajaran. Apabila hal ini sudah tercapai, maka tahapan selanjutnya adalah mamantau perkembangan peserta didik dari segi perilakunya. Sebagai contoh penerapan strategi belajar mengajar dapat dilihat dari bagaimana usaha seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran agar siswa mampu mengetahui, memahami dan mengaplikasikan apa yang telah diterima dari guru. Walaupun hal utama yang dituntut di sini adalah perubahan sikap perilaku, namun guru hampir tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kreativitas, kemampuan dan pandangan siswa karena guru dalam hal ini adalah sebagai sumber belajar sampai dengan evaluator. Sedangkan mengenai strategi pembelajaran dapat kita lihat seperti contoh seorang guru berusaha menyiapkan ruangan kelas ataupun sarana lain untuk materi pelajaran yang akan disampaikannya nanti. Persiapan-persiapan itu digunakan agar siswa mampu memanfaatkan sampai dengan menemukan sendiri dari permasalahan yang akan dilontarkannya nanti. Contoh lain tentang strategi pembelajaran adalah dalam perencanaan pembelajaran, guru biologi membuat suatu penugasan kepada siswanya agar melakukan kunjungan ke kebun binatang, dan setelah itu siswa diminta untuk membuat laporan mengenai binatang-binatang yang ada di sana. Arti penting dari kegiatan seperti ini adalah guru mampu mengelola lingkungan kelas agar dalam mencari pengetahuan, siswa mampu menggali dan menemukan sendiri serta guru bisa memberikan inovasi lain dalam proses pembelajaran sehingga siswa tidak cepat bosan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar